My Poem

Label:

setitik hal yang sepele
akan menjadi kenangan terindah
bergerak menjadi semangat hidup
kemudian berakhir dengan senyuman
mengingat itu, menyempurnakan semua
kebahagiaan, harapan dan luka yang
SEMPURNA......

Sebuah Hal

Label:

menyakiti hati dengan mencintainya
merangkai ragam harapan tentangnya
menutup hati demi dirinya
terus menantinya
mengingat kenangan bersamanya
menjadi gadis bodoh karenanya
membuang waktu untuknya
hanya teruntuk dia..........

Indonesia dalam Modernisasi

Label:


Indonesia adalah negara yang mempunyai keanekaragaman budaya. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, modernisasi merupakan suatu bentuk perubanhan sosial yang terarah yang didasarkan pada perencanaan. Modernisasi adalah suatu fakta yang harus dihadapi masyarakat. Tidak terkecuali masyarakat di Indonesia.
            Pada dasarnya negara-negara lain, berkembang karena adanya perubahan. Begitupun juga yang dirasakan oleh bangsa Indonesia. Perubahan tersebut kita kenal sebagai proses modernisasi, proses tersebut mencakup proses yang sangat luas, baik itu dalam segi politik, ekonomi, sosial maupun budaya. Mungkin ditempat lain bentuk nyata dari modernisasi bermacam-macam, seperti misalnya penyemprotan DDT untuk pembasmi nyamuk demam berdarah, serta pemberantasan buta huruf di desa-desa yang tertinggal. Hal demikian juga dilakukan oleh Indonesia, tapi yang akan dibahas di sini adalah modernisasi dalam hal kebudayaan.
            Modernisasi dalam bidang budaya di Indonesia misalnya, kebudayaan yang terkenal dengan gamelan sebagai pengiringnya, kini tidak hanya diiringi dengan gamelan saja tapi sudah ada yang menambah organ, gitar dan alat musik lainnya sebagai pengiringnya.
            Selain melakukan perubahan dengan penambahan alat musik lain sebagai pengiringnya, banyak seniman-seniman yang mengubah musik karawitan dan mengemasnya menjadi lebih modern, yaitu menjadi sebuah seni musik yang dikenal sebagai campursari.
            Sebelum adanya modernisasi, lagu-lagu dalam musik karawitan dan campursari mayoritas menggunakan bahasa Jawa krama inggil (alus). Tapi sekarang setelah adanya modernisasi, banyak seniman yang mengubah lagu-lagu dalam campursari menggunakan bahasa ngoko (jawa kasar). Hal ini dilakukan supaya lagu-lagu campursari lebih dapat dirterima dan dipahami oleh semua kalangan, terutama kalangan muda yang mayoritas tidak banyak mengerti tentang bahasa jawa krama inggil.
            Dengan demikian lagu-lagu campursari dapat diterima dan dipahami oleh semua kalangan. Baik itu orang yang asli Jawa, maupun bukan orang Jawapun bisa memahaminya bahkan menyanyikannya dengan baik, meskipun mereka tidak tahu bagaimana cara berbicara bahasa Jawa. Selain lagu-lagu yang banyak dikemas dengan bahasa ngoko, banyak juga lagu-lagu asing yang dicampursarikan, dengan cara mengubah liriknya ke dalam bahasa Jawa.
            Tidak hanya dalam bidang kesenian saja, modernisasi juga merambah ke dalam bidang bahasa. Misalnya saja pemakaian bahasa Indonesia yang dicampur bahasa asing seperti contohnya penggunaan kata seperti OK, No Problem, Yes, Oh God, dan sebagainya, atau yang sudah menjadi trend orang-orang Jakarta yang banyak menggunakan bahasa Indonesia yang tidak baku seperti “gue” untuk “saya” dan “lu” untuk “kamu”.
            Selain bahasa Indonesia, bahasa Jawa juga demikian. Dahulu, jika seseorang yang usianya lebih muda berbicara dengan orang yang usianya lebih tua pasti menggunakan bahasa Jawa krama inggil tapi seiring perkembangan zaman, banyak orang muda yang mengabaikan pemakaian bahasa krama inggil dan lebih sering menggunakan bahasa ngoko jika berbicara dengan orang yang usianya lebih tua. Hal ini merupakan disorganisasi.
            Mungkin dari fakta tersebut, dapat diambil segi positifnya, yaitu terjalinnya hubungan yang lebih dekat atau erat antara orang yang usianya lebih muda dengan orang yang usianya lebih tua, atau dengan istilah lain, tidak adanya sekat antara orang yang usianya lebih muda dengan orang yang usianya lebih tua.
            Proses modernisasi juga terjadi dalam bidang pendidikan. Seperti yang kita ketahui sekarang, semakin banyak sekolah-sekolah yang memproklamirkan sebagai sekolah berstandar internasional. Sekolah tersebut menggunakan bahasa Inggris sebagai pengantar pebelajarannya. Itulah sebuah fakta yang kita lihat kini, bagaimana negara kita akan menjadi negara yang maju, jika untuk mencintai budaya sendiri saja kita masih tidak bisa. Seharusnya kita harus bisa menjaga serta melestarikan budaya kita terutama bahasa negara kita yaitu bahasa Indonesia, karena bahasa adalah identitas bangsa.
            Selain itu, semakin banyak pendidikan di Indonesia yang diperjualbelikan. Pendidikan kini  tidak hanya diukur dari kemampuan anak didikanya dan semangat anak didiknya untuk belajar melainkan banyak diukur dari segi finansial. Banyak lembaga-lembaga yang dikuasai oleh bangsa asing sebagai investornya, serta semakin banyaknya lembaga-lembaga pendidikan yang berstatus negeri berubah menjadi swasta karena modalnya dikuasai oleh investor asing.
            Pendidikan untuk kalangan atas serta pendidikan di perkotaan banyak dikuasai oleh para investor asing, sedangkan pendidikan untuk kalangan rendah dan pendidikan di pedesaan dikuasai oleh pemerintah.

diary kecil sang calon pendidik

Label:


Mahasiswa kependidikan atau sering disebut dengan istilah calon pendidik, adalah mahasiswa yang dibentuk untuk menjadi seorang pendidik. Seperti yang kita ketahui bahwa tugas seorang pendidik yang utama adalah mendidik. Mendidik dalam arti meliputi mentransfer ilmu yang telah kita dapat kepada para siswa, membimbing siswa ke arah yang lebih baik serta memberikan contoh yang baik kepada para siswa. Seperti yang kita ketahui, seorang pendidik nantinya akan menjadi panutan oleh para siswanya. Oleh karena itu contoh yang diberikan hendaknya contoh yang baik dan layak untuk dicontoh.

Tapi dalam kenyataannya mahasiswa kependidikan atau calon pendidik yang nantinya akan melakukan tugas mulia mendidik, ternyata sering melakukan kebiasaan-kebiasaan yang tidak patutu ditiru oleh para siswanya kelak. Salah satu kebiasaan tersebut adalah mencontek. Mencontek bukan suatu hal yang tabu lagi dikalangan para pelajar termasuk mahasiswa. Kebiasaan mencontek bahkan kerap dijadikan budaya nenek moyang yang sudah mendarah daging dikalangan pelajar. Bahkan mungkin tidak ada seorang pelajarpun yang tidak pernah mencontek. Dapat dipastikan semua pelajar pasti pernah mencontek.

Budaya nenek moyang tersebut memang tidak bisa seratus persen dihilangkan, tapi hanya bisa diminimalisir. Kebiasaan tersebut sering kali muncul karena kita kurang percaya diri dengan kemampuan yang kita miliki. Oleh karena itu kita sebagai seorang mahasiswa khususnya mahasiswa kependidikan harus mempunyai rasa percaya diri yang kuat, supaya kita tidak tergoda untuk melakukan kebiasaan tersebut. Rasa percaya diri dapat ditumbuhkan yaitu dengan cara kita rajin belajar. Dengan belajar kita kan mampu mengatasi ketidaktahuan kita. Selain itu cara lainnya adalah dengan memperkuat keimanan kita. Karena hal itu akan membentengi hati kita supaya kita tidak melakukan hal tersebut. Karena jika kita melakukan hal tersebut. Secara otomatis kita akan merasa bersalah. Disinilah norma agama berperan untuk membentengi dan mengikat kita supaya kita tertib, tidak hanya pada diri sendiri juga dalam masyarakat.

Puisiku

Label:

mungkin aku tak seputih kertas itu
aku juga tak sesuci kertas itu
aku hanyalah selembar kertas rapuh
yang kau terbangkan
bahkan untuk sekedar menulisinyapun
kau enggan bukan?
kau biarkan aku jatuh dan terinjak
tak kau hiraukan rintihanku
sesaat aku menyesali kebodohanku
kaupun larut dalam keindahan kertas putih itu
melupakanku yang terbenam dalam penyesalan